Hutan Indonesia: Menyumbang Karunia dan Bencana yang Sama Banyaknya

Hutan Indonesia kaya


Negeriku Tergenang Lautan Air Kotor

Garut, 2016

Sayup-sayup terdengar suara televisi dari luar kamar

Rupanya seisi rumah sedang menyaksikan berita banjir di Garut.


Mengapa kejadian banjir ini seakan menjadi langganan di Indonesia?

Ucap saya sambil menyaksikan tayangan berita tersebut.


Apa lagi kalau bukan hujan lebat dan hutan gundul? Jawabannya memang klise, tapi itu fakta di lapangan.

Jawab ayah.


Saya setuju. Memang itu fakta yang terjadi. Terkadang banyak orang tutup mata dan telinga atas apa yang terjadi. Menyepelekan hal-hal kecil semacam menebang pohon. Padahal, saat waktunya telah tiba, bencana alam bisa saja memusnahkan kita semua.


Di balik itu, perilaku membuang sampah sembarangan juga tentu berkontribusi dalam bencana ini. Jika kita amati, banyak sekali sampah berserakan di jalanan atau bahkan di rumah kita sendiri. Padahal, tersedia berbagai tempat sampah yang dapat kita jumpai dengan mudah. Kita seharusnya bisa belajar dari negara tetangga yang menerapkan etika membuang sampah sejak dini pada anak. Sehingga, seiring berjalannya waktu, semua orang akan lebih disiplin dan menghargai kebersihan.



banjir garut jawa barat
Banjir Garut 2016 | Liputan 6

Kembali lagi pada bencana banjir di Garut pada 2016 lalu. Banjir ini terjadi karena luapan Sungai Cimanuk yang tidak bisa menahan volume air lebih banyak. Akibatnya, masyarakat dirugikan hingga menelan banyak korban. Pemkab Garut menyatakan bahwa banjir ini terjadi akibat curah hujan yang tinggi serta hutan gundul. Menurut Wakil Bupati Garut saat itu, hutan gundul terjadi karena banyaknya illegal logging yang dilakukan. Padahal, sudah dilakukan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat yang menjadi solusi pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kelestarian hutan. Namun nyatanya, seringkali pengelolaan ini berjalan tidak sesuai yang diharapkan. Alhasil, saat ada air hujan dengan intensitas tinggi, air akan langsung mengalir ke permukiman tanpa adanya penyerapan di kawasan hutan.


Masamba, 2020

Ya, banjir sepertinya memang menjadi masalah bagi hampir semua daerah di Indonesia, tidak terkecuali Masamba. Kali ini saya sudah menebak, alasannya pasti berkaitan dengan kerusakan hutan dan hujan yang deras.


Benar dugaan saya.


Masalah banjir memang tidak jauh-jauh dari hutan dan hujan. Satu lagi, ulah manusia. Ketiganya seakan menjadi jawaban atas kasus banjir yang terjadi.


Banjir di Masamba kali ini adalah banjir bandang, dimana memiliki arus deras dan datang secara tiba-tiba.



Banjir parah luwu utara
Banjir Masamba 2020 | BNPB

“Ini terjadi ketika curah hujan di hulu sungai Masamba, maka sungai yang ada di sini tidak dapat menampung. Ada indikasi terjadi longsor kemudian membendung sungai-sungai yang di hulu.  Itulah yang menyebabkan  banjir bandang yang membawa material kayu-kayu gelondongan, batu-batu sedimen banyak yang dialirkan  ke bagian hilirnya kemudian menerjang dataran di bawah,” terang Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana  Daerah (BPBD) Lutra, Muslim Muhtar. (dikutip dari upeks.co.id)


Selain itu, faktor kerusakan hutan sangat berpengaruh. Terjadi peningkatan kerusakan hutan di hulu sungai Masamba akibat penebangan untuk perkebunan dan perumahan. Ditambah lagi, seringkali penebangan hutan dilakukan secara ilegal tanpa adanya rehabilitasi lingkungan yang menyebabkan hutan gundul. Hal ini membuat banjir di Masamba semakin mudah terjadi. Akibatnya, sebanyak 82 orang dievakuasi  langsung di Gedung Pemuda Masamba.


Jika dilihat, kerusakan hutan menjadi salah satu penyebab penting terjadinya banjir. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri mengingat Indonesia terkenal dengan hutannya yang luas dan kaya. #HutanKitaSultan seharusnya dapat menjadi salah satu senjata kita untuk maju.


Jadi, apa yang salah dengan Hutan Indonesia?

Hutan Indonesia Kebanggaan Bangsa

Hutan Indonesia sudah terkenal dengan kekayaannya. Berbagai spesies hidup di dalam hutan Indonesia yang merupakan 10% dari hutan tropis di dunia. Tidak bisa dipungkiri, terdapat banyak hal menarik dari hutan di Indonesia.


Hutan Tropis Terluas Ketiga

Hutan Indonesia menjadi hutan tropis terbesar ketiga setelah hutan Amazon dan hutan Ekuator di Afrika. Ini tentunya merupakan salah satu kekuatan alam Indonesia yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik.


konservasi gunung leuser
Kawasan Konservasi Alam di Sumatera | Kemenpar

Prestasi ini juga membuat Indonesia bekerja sama dengan negara pemilik hutan tropis terbesar di urutan 1 dan 2 dunia. Hal ini seharusnya juga membuat kita sadar untuk terus melestarikan alam Indonesia.


Perkebunan Sawit Terbesar

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Jika kita lihat, banyak hutan dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit. Ekspor minyak sawit di Indonesia sangat tinggi akibat permintaan banyak negara. Dikutip dari halaman EBTKE, Indonesia memiliki lebih dari 700 perkebunan kelapa sawit. Total luas lahan sawit sekitar 14,68 juta hektar, dimana 40%-nya dimiliki oleh petani kecil. Menurut data Kementan tahun 2017, potensi pengembangan sawit adalah 35 juta ton CPO, 146 juta ton TBS, dan 26,3 juta ton TBK. Mayoritas produksi sawit Indonesia diekspor dan menghasilkan devisa lebih dari 20 Miliar USD per tahun.


produksi sawit Indonesia untuk ekspor
Perkebunan Sawit | Dirjen EBTKE

 

Dalam ranah ekonomi, hal ini mungkin kabar yang menggembirakan. Namun, dalam ranah lingkungan, hal ini menjadi hal yang membuat hutan kita semakin sempit. Alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit membuat berubahnya aspek lingkungan. Sehingga, perlu ada kebijakan matang yang tidak hanya mementingkan ekonomi, tetapi juga lingkungan.

Memiliki Spesies Unik dan Langka

Dikutip dari Walhi, Indonesia mendapatkan peringkat ke tujuh dalam keragaman spesies tumbuhan berbunga, memiliki 12% dari jumlah spesies mamalia (36% diantaranya spesies endemik), pemilik 16% spesies binatang reptil dan amfibi, 1.519 spesies burung (28% diantaranya spesies endemik), 25% dari spesies ikan dunia, 121 spesies kupu-kupu ekor walet di dunia (44% di antaranya endemik), spesies tumbuhan palem paling banyak, sekitar 400 spesies 'dipterocarps', dan sekitar 25.000 spesies flora dan fauna.


tumbuhan langka bunga bangkai
Rafflesia Arnoldii | Antara News


Di Hutan Hujan Sumatera terdapat hewan endemik yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Terdapat juga Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. Sumatranus) dan Badak Sumatera. Tumbuhan langka Rafflesia Arnoldi juga menjadi keunikan di Hutan Sumatera karena ukurannya yang besar ketika sedang mekar. 


Hunian Masyarakat Adat

Indonesia terkenal dengan keragamannya. Budaya Indonesia sangat kental apalagi mengenai masyarakat adat yang mendiami suatu wilayah secara khusus. Mereka biasanya hidup selaras dengan alam, membangun peradaban di alam. Hutan Indonesia menjadi tempat masyarakat adat tinggal. Bahkan, saat ini ada penetapan hutan adat yang dapat dikelola oleh masyarakat adat.

Seperti pada hutan hujan tropis Sumatera yang menjadi tempat tinggal beberapa suku masyarakat adat. Misalnya Suku Mentawai dan Suku Anak Dalam. Ini menjadi kekayaan dan membuktikan bahwa keberadaan manusia seharusnya bisa beriringan dengan alam, tanpa merusaknya.

Hutan Tropis Sumatera Masuk UNESCO

Hutan Hujan Tropis Sumatera akhirnya dijadikan situs warisan dunia oleh UNESCO pada Juli 2004 lalu. Hal ini ditetapkan dalam sidang ke-18 Komite Warisan Dunia yang diselenggarakan di Suzhou, China.

 

Hutan Hujan Tropis Sumatera terdiri dari tiga taman nasional, yakni; Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dikutip dari CNN Indonesia, Hutan Tropis Sumatera menjadi rumah bagi sekitar 10 ribu spesies tanaman, termasuk 17 genus endemik; lebih dari 200 spesies mamalia; dan sekitar 580 jenis burung, 21 di antaranya adalah endemik.

 

Pada 2011, hutan seluas 2,5 juta hektar ini terancam tercoret dari UNESCO karena dianggap kehilangan unsur keaslian alamnya, baik flora maupun fauna. Hal ini tentunya menjadi peringatan untuk kita semua agar terus melestarikan alam Indonesia.


Sumber Obat-Obatan Penting

Hutan yang terdiri dari beragam jenis flora menyimpan banyak manfaat untuk kesehatan. Dilansir dari website KPH, hutan Indonesia memiliki sekitar 3.000 jenis spesies tumbuhan penghasil bahan berkhasiat obat. Namun hanya sekitar 1.000 jenis tumbuhan yang sudah dimanfaatkan untuk bahan baku obat tradisional dan belum dioptimalkan sepenuhnya. Hal ini membuat hutan kita sangat potensial untuk dikembangkan.


Beberapa tumbuhan obat yang berasal dari hutan seperti Rumput Balsem bermanfaat untuk menghilangkan capek dan mengatasi masuk angin. Ada juga Tapak Liman untuk mengobati sakit perut dan bisul, sedangkan Cakar Ayam bisa menjadi obat penyakit paru-paru.

Potret Keadaan Hutan Indonesia Kini

Penebangan liar telah menjadi satu masalah yang tiada habisnya bagi hutan Indonesia dan diyakini telah merusak sekitar 10 juta hektar hutan. Produk hutan seperti kayu banyak yang diselundupkan melalui perbatasan sehingga pendapatan kita hilang secara misterius.


Indonesia Negara #1 Polutif di Asia Tenggara

Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 menetapkan Indonesia sebagai salah satu negara paling parah polusinya. Indonesia mendapat peringkat 17 sebagai negara paling berpolusi udara di dunia dengan dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3. Indonesia juga mendapatkan peringkat pertama di Asia Tenggara.


Konsentrasi PM2,5 Negara-negara Asia Tenggara 2021 IQAir | katadata

Dilansir dari Wahana News, laporan IQAir 2021 menggunakan metode analisis pengukuran kualitas udara PM2,5 dari stasiun pemantauan udara di 6.475 kota di 117 negara, kawasan, dan wilayah. PM 2,5 sendiri adalah polusi partikel halus atau polutan berbahaya.

 

Hal ini menjadi potret menyedihkan bagi Indonesia. Padahal kita memiliki hutan yang luas, akan tetapi tidak dioptimalkan. Prihatin rasanya mengetahui fakta ini.


Deforestasi dan Pembukaan Lahan

Deforestasi biasanya dilakukan dalam pembukaan lahan. Deforestasi biasanya dilakukan dengan membakar hutan atau menebang pohon secara sembarangan. Hal tersebut membuat hutan gundul dan bisa memicu berbagai bencana alam.


Pembukaan lahan di hutan seringkali dilakukan secara sembarangan. Banyak yang membuka lahan dengan membakar sehingga merusak hutan dan juga kesehatan. Di sisi lain, pembukaan lahan untuk perumahan atau perkebunan membuat hutan Indonesia menjadi semakin sempit. Hal ini membuat semua manfaat dari hutan semakin berkurang.

 

Pembukaan lahan untuk permukiman juga disebabkan populasi penduduk yang terus meningkat. Hal ini membuat lahan tempat tinggal juga harus meningkat. Padatnya wilayah perkotaan membuat lahan semakin sedikit. Sehingga pembukaan lahan di hutan seringkali menjadi pilihan.

 

Illegal Logging

Illegal logging adalah penebangan pohon secara liar tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan. Illegal logging masih banyak terjadi padahal sudah ada larangan yang mengaturnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan dan bukti yang kuat atas pelanggaran tersebut. Ditambah lagi, kurang tegasnya penegakan aturan yang berlaku.


Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan menjadi hal yang sering kita dengar. Saat musim kemarau tiba, banyak hutan Indonesia dikabarkan terbakar. Belum lagi akibat ulah manusia seperti pembukaan lahan dengan pembakaran atau sekedar membuang puntung rokok sembarangan. Banyak orang tidak bertanggung jawab yang secara sengaja membakar hutan. Padahal, membakar hutan juga bisa menimbulkan dampak kesehatan bagi mereka akibat asapnya.


Hutan Wisata

Pemanfaatan hutan Indonesia sebagai kawasan wisata telah banyak menarik perhatian. Wisata alam seringkali menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat untuk berlibur. Hal ini juga sedikit melegakan karena kawasan wisata hutan seakan “terawat” dengan rutin sebagai imbas pemeliharaan kawasan wisata. 


wisata ujung kulon
Taman Nasional Ujung Kulon | goodnewsfromindonesia

 

Dibalik itu, pembukaan kawasan wisata hutan seringkali menghilangkan aspek lingkungan. Banyak pengelolaan hutan yang dibuat segala macam fasilitas tanpa memperhatikan kondisi hutan. Sampah juga banyak dihasilkan dari pengunjung. Tidak bisa dipungkiri, ramainya manusia di kawasan hutan tersebut bisa saja merusak hutan.



Memotret Dampak Kerusakan Hutan

Punahnya Spesies Flora dan Fauna

Berbagai spesies flora dan fauna yang hidup di hutan akan kehilangan kondisi yang memungkinkannya untuk hidup. Makanan mereka berkurang, kondisi tempat hidup yang berubah, hingga berbagai aksi perburuan oleh manusia.


Jika kita telusuri lebih jauh, punahnya flora dan fauna akan berdampak pada berbagai bidang. Misalnya, bahan makanan akan berkurang, keanekaragaman menurun, hingga obat-obatan menjadi susah dicari. Di sisi lain, fauna yang kehilangan tempat hidup sangat memungkinkan untuk lari ke permukiman terdekat. Hal ini juga dapat menjadi bahaya bagi manusia karena hewan liar tersebut berusaha mencari makan dan tempat hidup yang lebih baik. Tentu akan berdampak bagi aktivitas manusia.


Pemanasan Global

Gas-gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia akan berkumpul di atmosfer dan meningkatkan suhu bumi. Hutan dapat berperan untuk menyerap gas-gas rumah kaca seperti CO2. Dengan rusaknya hutan, maka kemampuan tersebut akan berkurang dan pemanasan global menjadi meningkat. 


pemanasan global berbahaya bagi kesehatan
Bahaya Pemanasan Global | tirto.id


Selain itu, semakin lama, jumlah penduduk akan semakin meningkat. Jika hutan rusak, suplai oksigen akan berkurang sementara produksi karbon dioksida meningkat. Hal ini tentu akan memberatkan kinerja pohon yang tersisa. Banyak dari karbon dioksida yang akhirnya tidak terserap dan malah menjadi penyebab pemanasan global.


Bencana Alam Seperti Banjir dan Longsor

Rusaknya hutan membuat penyerapan air berkurang. Saat terjadi hujan, maka air yang harusnya terserap ke tanah, malah akan langsung mengalir. Jika air melebihi volume yang dapat tertampung, maka air bisa meluap dan terjadi banjir. Air yang terbawa pun bisa saja mengandung material berbahaya yang bisa mengancam kesehatan.


Air yang mengalir ini dapat juga menyebabkan longsor. Saat tanah tidak mampu menahan beban diatasnya, maka longsor bisa terjadi. Ditambah lagi air yang dapat menurunkan kekuatan tanah. Pohon dapat berfungsi sebagai penyangga yang dapat mengurangi kemungkinan longsor. Namun, jika hutan rusak, maka fungsi itu akan menjadi hilang.


Sebenarnya masih sangat banyak dampak kerusakan hutan yang akan kita rasakan. Dimulai dari hal besar mengenai perubahan iklim sampai dampak yang sulit kita lihat langsung seperti terganggunya siklus air. Intinya, kerusakan hutan adalah suatu hal yang wajib kita waspadai agar kita juga bisa hidup di bumi dengan tenang.


Kalimantan Korban Rusaknya Hutan Indonesia

Deforestasi dan Berkurangnya Luasan Hutan

Dikutip dari idntimes.com, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa luas hutan Indonesia pada 2021 adalah 95,6 juta hektar. Luasan ini terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu pertama 46,9 juta hektar adalah hutan primer, kedua 43,1 juta hektare hutan sekunder dan ketiga, 5,4 juta hektar hutan tanaman. Angka ini sangat besar meskipun berbeda jauh dengan luasan hutan Indonesia sebelum-sebelumnya. Ini membuktikan bahwa kayanya hutan Indonesia masih belum bisa kita jaga sepenuhnya. Semakin hari, semakin berkurang.


Menurut data yang dirilis oleh Ditjen PKTL KLHK, pada periode tahun 2019-2020, deforestasi Indonesia turun 75,03% yaitu seluas 115,46 ribu ha. Angka ini jauh berkurang dari jumlah deforestasi tahun 2018-2019 yaitu sebesar 462,46 ribu ha. Kita bisa bayangkan, berapakah luas hutan Indonesia yang habis di deforestasi pada waktu sebelumnya. Ini pasti akan sangat mengejutkan kita semua. Tidak heran jika hutan Indonesia terus berkurang. Meskipun begitu, penurunan deforestasi perlu kita tingkatkan dan apresiasi.


Pulau Kalimantan terkenal sebagai paru-paru dunia yang cukup besar. Hal ini karena Kalimantan masih mempunyai hutan hujan dengan luas mencapai 88 juta hektar. Namun, saat ini jumlah itu sudah berkurang drastis akibat berbagai faktor seperti deforestasi.


laju deforestasi kalimantan tinggi
Peta Laju Deforestasi Kalimantan dan Proyeksi Hingga 2020 | Kartografer: Hugo Ahlenius, Sumber: www.grida.no


Menurut Greenpeace, pada 2010 terdapat 25,5 juta hutan di Kalimantan. Namun, luas hutan di Kalimantan Timur pada 2015 sekitar 8.339.151 hektar. Penurunan luas hutan yang terjadi di Kalimantan banyak disebabkan oleh deforestasi karena industri kayu. Alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit juga berdampak pada pengurangan luas hutan. Alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit telah merusak lebih dari 7 juta hektar hutan sampai tahun 1997. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi kita karena bisa saja dalam beberapa tahun ke depan, hutan kita sudah dibabat habis.


Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan menjadi salah satu bencana langganan di Indonesia. Banyak hutan kita habis dimakan api. Penyebabnya beragam, ada karena pembukaan lahan hingga kemarau panjang.


Kita mungkin ingat kasus kebakaran hutan di Kalimantan Timur pada 2019 lalu. Menurut Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan dan Pengamanan Dinas Kehutanan Kalimantan Timur, Karhutla sudah terjadi di beberapa wilayah Kaltim sejak Agustus. Namun puncaknya terjadi pada September. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jambi, Karhutla di Kaltim tergolong kecil. Meskipun begitu, setiap ada El Nino, Kaltim pasti mengalami Karhutla. 


Dikutip dari Mongabay, Berdasarkan data SiPongi, luas kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur pada 2019 mencapai 6.715 hektar. Sementara Kalimantan Tengah 44.769 ha, Kalimantan Barat 25.900 ha, Kalimantan Selatan 19.490 ha, dan Kalimantan Utara 1.444 ha. 


Jika dilihat, Kalimantan Tengah memiliki luasan kebakaran hutan terbesar di Kalimantan pada 2019. Hal ini membuat perubahan indeks vegetasi wilayah Kalteng terlihat signifikan.



kebakaran hutan kalimantan 2019
Perbandingan Indeks Vegetasi Pra dan Pasca Kebakaran di Wilayah Kalimantan Tengah Tahun 2019 | fgmi.iagi.co.id

Kontribusi Kita Untuk Kelestarian Hutan

Kita telah sama-sama tau bahwa #IndonesiaBikinBangga dengan hutannya. Akan tetapi, kondisinya saat ini seharusnya membuat kita sadar bahwa hutan kita membutuhkan uluran tangan bersama untuk membuatnya lebih baik.

 

Sadar atau tidak, hutan menjadi salah satu sumber kehidupan kita. Banyak aktivitas kita yang beririsan dengan hutan. Sehingga, jika hutan lebih lestari, kehidupan akan jauh lebih baik.


keindahan alam curug
Dokumentasi Saat Mahasiswa Geologi Menjelajah Alam | Dokpri

 

Saya sebagai mahasiswa geologi sudah merasakan sendiri dampak adanya hutan. Misalnya, hutan yang gundul akan membuat penyerapan air berkurang. Selain itu, hutan gundul akan membuat semakin mudah terjadinya longsor akibat tidak adanya tanaman penyangga. Hal-hal seperti bencana longsor dan banjir akibat kondisi seperti ini juga menjadi salah satu hal yang dibahas dalam geologi. Di sisi lain, mahasiswa geologi juga seringkali bertemu hutan saat ada kegiatan lapangan atau pengambilan data. Sehingga, kelestarian hutan menjadi salah satu hal penunjang bagi kami.

 

Saya yakin apapun profesi dan kepentingan kita terhadap hutan, kelestarian hutan akan berdampak baik bagi semua aspek kehidupan. Sekecil apapun langkah yang kita lakukan untuk kebaikan hutan, tidak ada yang menjadi sia-sia.


Gerakan peduli lingkungan

Bergabung Dengan Organisasi Lingkungan

Tergabung dalam organisasi berbasis lingkungan menjadi salah satu cara #TeamUpforImpact. Organisasi lingkungan biasanya mempunyai fokus lingkungannya masing-masing, namun tidak ada salahnya kita ikut bergabung di organisasi lingkungan manapun. Selain memiliki program yang jelas, manfaat lain bergabung dengan organisasi adalah kita bisa bertukar pandangan terhadap suatu isu. Selain itu, kita juga bisa lebih termotivasi untuk semakin peduli lingkungan.


Saat ini, sudah banyak organisasi lingkungan yang dibentuk untuk memberi kesempatan bagi siapapun untuk bergabung. Kita bisa memilih organisasi yang cenderung “cocok” untuk kita. Sebagai mahasiswa, dalam rangka ikut menjaga lingkungan, saya memutuskan bergabung dengan salah satu unit kegiatan mahasiswa di kampus yaitu U-Green. U-Green ini bisa menjadi wadah bagi saya untuk menemukan teman yang satu frekuensi. Banyak kegiatan yang menjadi programnya. Namun, sayang, di situasi pandemi, kegiatannya sedikit terhambat mengingat para anggotanya tidak berada di satu kota yang sama.


Pada Juni 2022 lalu, U-Green kembali memulai kegiatan tatap muka. Saat itu, menjadi ajang perkenalan bagi anggota baru yang bahkan belum sempat bertemu sebelumnya. Kami juga melaksanakan salah satu program yaitu menanam tanaman dan membuat hand sanitizer. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi lingkungan sekitar kami. Kegiatan ini saya dokumentasikan melalui video dan dapat disimak melalui tayangan di bawah ini.



U-Green sendiri memiliki “12 Eco-Lifestyle” yang menjadi panduan bagi para anggotanya untuk memulai langkah sederhana bagi kebaikan lingkungan. 12 Eco-Lifestyle ini bisa juga dijadikan cara untuk kita mulai peduli lingkungan karena mudah dilakukan.


cara sederhana peduli lingkungan


Cara ini terdiri dari reduce, reuse, recycle, pilah sampah, mengurangi volume sampah, menggunakan barang refillable, sayangi makhluk hidup, membangun kesadaran publik, matikan listrik yang tidak digunakan, pilih alat elektronik hemat energi, kurangi penggunaan plastik, berwawasan lingkungan, bijak berkendara, dan hemat air.


Kampanye Sosial Media

Sosial media menjadi salah satu akses yang efektif untuk mengedukasi. Kita bisa mengajak masyarakat tanpa terkesan menggurui. Media yang digunakan juga seringkali berwarna-warni sehingga menarik minat masyarakat.


Keunggulan sosial media ini dapat kita manfaatkan untuk bisa berkampanye mengenai lingkungan. Kita bisa membagikan infografis yang berisi pengetahuan tentang lingkungan, membagikan pengalaman, hingga mengajak masyarakat mengikuti challenge berhadiah. Hal-hal ini dirasa cukup efektif mengingat durasi masyarakat dalam bermain sosial media cukup tinggi. Berdasarkan laporan We Are Social, durasi akses sosial media masyarakat dunia adalah 2,45 jam per hari. Indonesia menempati peringkat ke-10 dalam hal durasi terlama yaitu sekitar 3,2 jam per hari. Hal ini semakin menguatkan bahwa media sosial dapat berpengaruh penting dalam mengajak masyarakat peduli lingkungan.




Selama tergabung dalam U-Green, saya juga pernah melakukan kampanye di media sosial mengenai 12 Eco-Lifestyle. Kegiatannya dilakukan dengan membagikan infografis di akun instagram @imudberaksi dan akun instagram para anggota. Di akhir program, kami juga mengadakan challenge berhadiah yang dapat mengajak masyarakat menerapkan eco lifestyle tersebut. Bagi yang penasaran, silakan kunjungi instagramnya ya!


Program dan Aturan Tegas Mengenai Hutan

Sebenarnya, sudah ada aturan yang membahas mengenai hutan. Aturan tersebut adalah Undang-undang No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Akan tetapi, meskipun telah ada aturan yang mengaturnya, perusakan hutan tetap saja terjadi. Banyak illegal logging tanpa diketahui sehingga pelakunya tidak bisa dihakimi. Hal ini menuntut adanya suatu program disertai aturan tegas yang mengikatnya. Sia-sia jika aturan sudah sesuai, namun faktor pendukung programnya tidak bisa mengatasi hal ini. Jika diperlukan, teknologi modern juga bisa diterapkan sehingga bisa diketahui jika terjadi kegiatan perusakan hutan.



program PHBM perhutani
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat | Perhutani


Selain itu, program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang telah ada sebelumnya, perlu ditingkatkan dan dipastikan berjalan lancar. Fakta di lapangan, hal ini belum sepenuhnya berjalan baik sehingga menghambat pemberdayaan hutan. Jika program ini diperbarui dan diperbaiki, mungkin hutan kita akan lebih cepat dilestarikan.


Sebagai masyarakat yang patuh aturan, kita harus terbiasa dengan situasi yang ada. Kecolongan berarti ada sesuatu yang seharusnya kita sadari. Kita harus bisa menerapkan disiplin dan taat hukum dari dalam diri. Sehingga, kita bisa juga mempengaruhi orang lain untuk taat hukum.


Baca juga postingan Bahaya Ocean Acidification: Industrialisasi Datang, Kita Terkekang


Menerapkan Ekowisata

Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang bertujuan melestarikan lingkungan dan konservasi jangka panjang, serta memperhatikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat lokal. Kegiatan pariwisata seringkali membuat lingkungan rusak atau menimbulkan tumpukan sampah. Masyarakat lokal juga tidak mendapatkan perhatian khusus. Namun dengan adanya ekowisata ini, tempat wisata alam akan mendapatkan pemberdayaan. Masyarakat setempat juga bisa bertahan lebih baik di tanahnya sendiri. Mereka bahkan bisa meningkatkan lingkungan dan komunitasnya dari berbagai aspek.


Ecofest 2020 Gairahkan Ekowisata | Antara News

Penerapan ekowisata juga bisa membangun kesadaran cinta lingkungan bagi pengunjung dan masyarakat setempat. Mereka akan belajar secara alami mengenai pelestarian lingkungan. Di sisi lain, para pengunjung juga bisa menikmati beragam budaya lokal serta dapat mengapresiasi dan menghormati segala perbedaan yang ada.


Menetapkan Hutan Adat

Kita tau bahwa Indonesia memiliki berbagai masyarakat adat. Masyarakat adat terkenal dengan kehidupannya yang selalu selaras dengan alam. Mereka mengambil manfaat dari alam tanpa merusaknya. Hal ini membuat banyak orang percaya pada kemampuan mereka untuk memberdayakan alam.



Hutan Adat Masyarakat Iban | Mogabay


Melalui UU Cipta Kerja, masyarakat adat memiliki hak pengelolaan hutan adat yang lebih baik karena diputuskan bahwa hutan adat dan hutan negara berbeda. Mereka bisa memanfaatkan hutan tersebut sekaligus melestarikannya. Adanya hutan adat ini seperti memberikan harapan bagi kita semua bahwa hutan di Indonesia masih punya banyak harapan. Kita semua percaya bahwa masyarakat adat memiliki kemampuan yang baik dalam interaksinya dengan alam. Meski begitu, kita tidak bisa melimpahkan urusan pelestarian alam sepenuhnya kepada mereka tanpa ikut membantu. Kita perlu berkontribusi di ranah kita masing-masing.


Kegiatan Volunteer Peduli Hutan

Seringkali saat sedang bermain sosial media, kita melihat adanya open recruitment volunteer dalam kegiatan lingkungan. Bahkan ada yang spesifik mengenai hutan. Hal ini bisa menjadi ajang yang sangat bagus untuk berkontribusi terhadap lingkungan khususnya hutan. 


Kegiatan volunteer biasanya menyediakan program yang sangat menarik dan memiliki banyak benefit. Tidak hanya materi atau sertifikat, namun pengalamannya lah yang sangat berarti. Kita bisa aktif melestarikan lingkungan sekaligus belajar bekerja sama.


Reboisasi

Kerusakan hutan kebanyakan disebabkan oleh illegal logging dan alih fungsi lahan. Hal ini membuat hutan menjadi gundul serta kemampuannya berkurang. Ini bisa disiasati dengan melakukan reboisasi atau menanam kembali hutan yang gundul. Dengan begitu, hutan kembali lestari dan menyediakan beragam manfaat bagi makhluk hidup.


Menanam Pohon di Rumah

Salah satu kegiatan sederhana yang bisa kita lakukan di rumah adalah menanam pohon. Selain mempercantik pekarangan rumah, memiliki pohon di rumah menawarkan banyak manfaat.


Bayangkan saja, satu pohon bisa menghasilkan sekitar 1,2 kg oksigen per hari. Jumlah itu terhitung banyak dibandingkan kebutuhan satu orang yaitu 0,5 kg oksigen per hari untuk bernafas. Maka dari itu, satu pohon dewasa bisa menunjang kehidupan dua orang.


Mengajak Lewat Lagu

Komunikasi melalui lagu menjadi salah satu media efektif dalam mengedukasi masyarakat. Lagu memiliki lirik dan nada yang mampu teringat dengan jelas di otak manusia. Secara tidak sadar, pilihan lagu yang kita dengarkan berpengaruh terhadap mood dan perilaku kita. Sehingga, penting sekali untuk mendengarkan lagu positif yang dapat mempengaruhi kita untuk berbuat kebaikan.

 

Salah satu lagu mengenai alam yang sedang menarik perhatian adalah lagu Dengar Alam Bernyanyi. Lagu ciptaan Laleilmanino ini sukses disukai masyarakat karena kaya akan pesan baik. Lagu ini dirilis untuk memperingati hari Bumi pada 22 April lalu. 

 

Lagu #DengarAlamBernyanyi tidak hanya enak didengar, tapi juga memiliki beberapa hal unik. Laleilmanino menciptakan lagu ini saat sedang berada di alam. Mereka sempat mengunjungi Hutan Wisata Situ Gunung dan mendapatkan inspirasi luar biasa untuk dituangkan dalam lagu. 

 

"Karena mungkin kita mendapatkan inspirasinya di kaki gunung yang buat kita secara awam itu kayak hutan. Jadi gerakan untuk menjaga hutannya berasa kenceng banget di liriknya," jelas Nino. 

 

Lagu ini juga dapat membangun kesadaran para penyanyi dan pendengar untuk peduli bumi dan hutan. Laleilmanino juga menggandeng artis ternama seperti Chicco Jerikho, Sheila Dara, dan HiVi! untuk menyanyikan lagunya. Hal ini menambah daya tarik lagu #DengarAlamBernyanyi. Bahkan lagu ini dijadikan  theme song dari acara Y20 2022. Lagu ini sudah diputarkan pada pembukaan Pra-KTT ketiga Y20 di Balikpapan dan pada acara puncak KTT di Bandung.

 

Dikutip dari parapuan.co, Nino menyampaikan "Kita merasa hutan perlu banget dilindungi karena dimana-mana hutan menjadi lahan untuk mencari keuntungan sampai nggak mengindahkan lagi fungsinya. Padahal hutan paru-parunya bumi". Pesan yang ingin disampaikan pencipta lagu saat ini terwujud dalam sebuah lagu indah yang mudah diingat.

 

Jika kalian penasaran dengan lagu Dengar Alam Bernyanyi, kalian bisa langsung mendengarkannya melalui platform musik seperti Spotify dan Apple Music karena semakin banyak kalian mendengarkan lagu ini, maka akan semakin banyak royalti yang digunakan untuk perlindungan hutan Indonesia. 

 

Bahkan dengan mendengarkan lagu pun, kita bisa berkontribusi untuk hutan Indonesia

 

 


 

Bersatulah hajar selimut polusi

Ingatlah hai wahai kau manusia

Tuhan menitipkan aku

Hoo Di genggam tanganmu

 

Ingatlah, mungkin kita bukan siapa-siapa. Tapi Tuhan menitipkan Bumi ini untuk kita. Selama ini, kita dapat manfaat dari alam maka kita juga harus menjaganya. #UntukmuBumiku, sekecil apapun usaha yang kita lakukan, pasti akan berdampak baik.

 

Siapa lagi kalau bukan kita?

 

 

 

Referensi:

https://www.republika.co.id/berita/oduulc370/hutan-gundul-salah-satu-faktor-penyebab-banjir-garut

https://upeks.co.id/2020/06/hujan-deras-dan-hutan-gundul-penyebab-banjir-sungai-masamba/

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/05/09/warga-ri-main-medsos-3-jam-per-hari-ini-peringkat-globalnya#:~:text=Indonesia%20menempati%20posisi%20ke%2D10,3%2C2%20jam%20per%20hari.

https://www.mongabay.co.id/2019/04/04/pelibatan-masyarakat-adat-penting-dalam-kelola-hutan-kenapa/

https://www.kompas.com/hype/read/2022/04/25/181831066/5-cerita-di-balik-lagu-laleilmanino-dengar-alam-bernyanyi?page=all

https://www.parapuan.co/read/533387962/suarakan-menjaga-bumi-ini-makna-pohon-di-lagu-dengar-alam-bernyanyi

https://www.idntimes.com/news/indonesia/melani-hermalia-putri/2-tahun-pandemik-covid-19-dan-luas-hutan-yang-kian-terkikis#:~:text=Kementerian%20Lingkungan%20Hidup%20dan%20Kehutanan,4%20juta%20hektare%20hutan%20tanaman.

https://fgmi.iagi.or.id/berita/berita-dunia-geosaintis/rekam-jejak-kebakaran-hutan-di-indonesia/

https://lindungihutan.com/blog/hutan-kalimantan/

http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/5848/laju-deforestasi-indonesia-turun-7503#:~:text=3%20Maret%202021%2C%20dibaca%205304%20kali.&text=Indonesia%20berhasil%20menurunkan%20deforestasi%2075,sebesar%20462%2C46%20ribu%20ha.

https://www.mongabay.co.id/2019/09/24/kebakaran-hutan-dan-lahan-di-kalimantan-timur-nasib-ibu-kota-negara/

https://www.idntimes.com/science/discovery/salsabila-manlan/fakta-menarik-mengenai-hutan-kalimantan-c1c2?page=all

https://sampaijauh.com/fakta-menarik-hutan-hujan-sumatera-5580

https://bisnis.tempo.co/read/1613419/7-negara-penghasil-minyak-sawit-terbesar-di-dunia#:~:text=Sejauh%20ini%2C%20Indonesia%20merupakan%20produsen,memproduksi%2046.500%20komoditas%20minyak%20sawit.

https://www.walhi.or.id/hutan-indonesia-praktek-kelola-yang-amburadul

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210723174308-269-671471/alasan-hutan-sumatera-masuk-daftar-neraka-unesco

http://kph.menlhk.go.id/sinpasdok/pages/lihat_berita/159

https://www.mongabay.co.id/2019/05/03/hutan-menipis-tumbuhan-obat-obatan-pun-makin-sulit/

https://wahananews.co.id/serba-serbi/waduh-indonesia-jadi-negara-terpolusi-se-asia-tenggara-aKV7Shh00g

https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/03/09/2502/fakta.menarik.sawit.sumber.bbn.utama.andalan.indonesia








No comments:

You Might Also Like

Powered by Blogger.