Bahaya Ocean Acidification: Industrialisasi Datang, Kita Terkekang


Ocean acidification atau pengasaman laut adalah turunnya pH air laut akibat laut menyerap terlalu banyak CO₂. Mengapa ini penting? Mari simak penjelasan berikut.


Kehidupan manusia memang sangat 'unik'. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, kita seakan terlena. Kita tak sadar bahwa salah satu hal yang menjadi genting saat ini adalah tingginya tingkat karbon dioksida di atmosfer. Ini akan sangat berbahaya dan akan merambat pada faktor lainnya jika tak segera diatasi. 

Tapi, memangnya manusia melakukan apa?

Apa yang salah sebenarnya dari aktivitas manusia?


Pantai, sunset
Photo by Philipp Klausner on Unsplash

Mengapa isu CO₂ ini penting?

Manusia semakin tidak bisa mengendalikan ego. Banyak hal dilakukan demi kepentingan pribadi. Seringkali kita melihat pohon-pohon dibabat habis secara ilegal tanpa reboisasi yang baik. Kita tentu tau bahwa dalam melakukan fotosintesis, tanaman akan menyerap CO₂ dari lingkungan, yang salah satunya berasal dari proses pernapasan manusia. Jika tanaman perlahan menghilang, lalu siapa yang akan menyerap CO₂ dan menyuplai oksigen untuk kita?

Bayangkan jika CO₂ menumpuk di atmosfer dan menyelubungi bumi. Bumi akan dilanda panas yang tak normal. Suhu meningkat, bumi dipenuhi gas rumah kaca. Belum lagi suhu tinggi ini bisa membunuh makhluk hidup. Es di kutub juga dapat mencair sehingga permukaan air laut dapat meningkat dan bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebenarnya ada satu hal mendasar yang menjadi cikal bakal meningkatnya CO₂ secara besar-besaran di seluruh dunia.

Revolusi Industri

Revolusi ini telah memicu terjadinya otomatisasi secara meluas. Peran mesin menjadi meningkat signifikan. Selain menghasilkan produk lebih cepat, mesin-mesin ini memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan memberi upah pekerja secara rutin. Kelebihan ini membuat dunia merasa terpacu untuk terus menemukan pembaharuan terhadap mesin-mesin demi memudahkan pekerjaan manusia.

Asap, pabrik, mesin uap

Kita tidak pernah menyadari bahwa untuk menjalankan mesin-mesin yang jumlahnya banyak itu tentu memerlukan energi yang besar. Ditambah lagi mesin-mesin itu mampu memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dan berskala besar tentu bahan bakarnya juga tambah banyak. Kita tau bahwa sumber bahan bakar yang optimal untuk menjalankan mesin-mesin tersebut adalah bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Bahan bakar fosil tersebut ketika dibakar, bereaksi dengan oksigen di udara dan menghasilkan karbon dioksida. Ketika dilepaskan ke atmosfer, karbon dioksida bekerja seperti selimut, menghangatkan bumi di atas batas normal. Semenjak revolusi industri, manusia telah melepaskan CO2 sebanyak 1.5 triliun ton ke atmosfer.

Selain itu, kita kerap kali tak sadar bahwa sikap mageran terkadang menimbulkan dampak serius bagi lingkungan. Misalnya, kita sering memakai kendaraan bermotor padahal tujuan kita sangat dekat dan seharusnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda. Bayangkan jika seluruh manusia di dunia melakukan ini, tentu dapat meningkatkan kandungan CO₂ di atmosfer secara signifikan. Memang semuanya menjadi serba praktis saat kita menggunakan kendaraan bermotor, tetapi dampak yang dihasilkan tentu tidak dapat diatasi secara praktis. Perlu penanganan serius dan berkelanjutan saat CO₂ yang dihasilkan telah terakumulasi dalam kadar yang sangat tinggi.

Ketika kadar CO₂ di atmosfer tinggi, lautan dapat menyerapnya sehingga akan terjadi ocean acidification.

Lautan dapat memainkan peran penting dalam mengurangi kadar karbon yaitu dengan menyerap sekitar 30% CO₂ di atmosfer.

Proses ini membantu mengurangi dampak pemanasan global yang terkait dengan peningkatan emisi karbon, tetapi akan menimbulkan dampak lain, ocean acidification.

Ocean acidification

Ocean acidification atau pengasaman laut adalah turunnya pH air laut akibat laut menyerap terlalu banyak CO₂ yang menumpuk di atmosfer. Ocean acidification terjadi ketika CO₂ di atmosfer bereaksi dengan air yang menciptakan asam karbonat, sehingga menurunkan pH air laut dan juga konsentrasi ion karbonat. Ion karbonat ini ternyata sangat penting untuk kalsifikasi yaitu proses yang diperlukan banyak hewan laut untuk membuat kerangka kalsium karbonat, seperti karang. Penelitian menunjukkan pengasaman laut dapat mengurangi ketahanan terumbu karang berupa gangguan pertumbuhan karang dan peningkatan mortalitas karang.

Secara khusus, ketika CO₂ bertemu dengan air laut, terjadi pembentukan asam karbonat. Seperti asam pada umumnya, di air, asam karbonat akan melepaskan ion hidrogen, sehingga pH air laut lebih asam.

CO₂(g) + H₂O(l) → H₂CO₃(aq)

H₂CO₃ → H+ + HCO₃

Ion hidrogen kemudian akan bergabung dengan ion karbonat membentuk bikarbonat, dan menurunkan konsentrasi ion karbonat. Pengurangan konsentrasi ion karbonat akhirnya akan menjadi masalah bagi organisme laut yang membutuhkan ion karbonat untuk membangun kerangka mereka.

Dampak Ocean Acidification

Ocean acidification tentu memberikan perubahan negatif. Bukan hanya bagi organisme laut, tapi dapat merambat pada kehidupan pesisir, dan masyarakat secara global.

Dampak pada Organisme Laut

Penelitian membuktikan ocean acidification dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup di laut. Berkurangnya ion karbonat dan meningkatnya kadar CO₂ telah memberikan perubahan yang cukup besar.

karang, bawah laut

Dampak utama dari ocean acidification berkaitan dengan produksi kerangka dari kalsium karbonat atau yang biasa disebut kalsifikasi. Ion karbonat di laut yang berkurang menyebabkan laju dan jumlah kalsifikasi menurun. Terumbu karang adalah salah satu organisme laut yang sangat bergantung pada kalsifikasi, mereka membutuhkan karbonat untuk membuat dan menguatkan kerangka, sehingga penurunan konsentrasi ion karbonat akan menyebabkan karang lebih lemah, rapuh, dan laju pertumbuhannya lebih lambat.

Berikut contoh lain dampak ocean acidification bagi organisme laut:

  • Pertumbuhan kerangka pada terumbu karang menjadi terhambat
  • Kemampuan zooplankton untuk mempertahankan cangkang pelindungnya menjadi berkurang
  • Laju produksi kalsium karbonat dalam alga laut mengalami penurunan
  • Beberapa spesies di laut mengalami kenaikan tingkat kematian
  • Terjadi pengurangan pertumbuhan dan kesuburan beberapa spesies invertebrata akibat CO₂ dalam darah yang berlebih
  • Perubahan perilaku pada beberapa spesies ikan

Dampak pada Perikanan Komersial

Ocean acidification telah memengaruhi proses kalsifikasi beberapa organisme laut seperti kerang, moluska, dan terumbu karang. Jika ini terjadi terus menerus, maka organisme laut akan memiliki pertahanan yang tidak cukup kuat, sehingga sangat mungkin untuk mengalami kematian lebih cepat. Beberapa organisme laut menjadi sedikit jumlahnya, dan akan memengaruhi tingkat perekonomian. Banyak dari spesies laut berkerangka keras (calcifiers) menjadi bahan favorit dalam penjualan hasil laut, seperti kerang, tiram, dan kepiting. Sehingga penurunan jumlah spesies calcifiers akan memengaruhi bahan makanan dan mata pencaharian manusia khususnya di wilayah pesisir. Ocean acidification juga akan membuat jaring makanan di laut berubah. Hal ini juga akan berpengaruh pada ikan komersial seperti salmon. Salmon memangsa sejenis zooplankton yang sangat rentan terhadap penurunan pH laut, sehingga jika jenis zooplankton ini berkurang, salmon akan sulit menemukan makanannya. Berkurangnya jumlah ikan komersial dan perubahan jaring makanan di laut mengancam pasokan protein jutaan orang, serta industri perikanan yang bernilai sangat tinggi.

Dampak pada Pariwisata dan ekonomi pesisir

Penurunan pH air laut juga akan berdampak pada sektor pariwisata. Indahnya ekosistem bawah laut telah banyak mengundang wisatawan berlibur di wilayah pesisir. Namun, jika pH air laut semakin asam, pertumbuhan terumbu karang akan sangat terhambat. Kita tau bahwa salah satu daya tarik laut adalah gugusan terumbu karangnya, selain itu terumbu karang juga menjadi habitat bagi beberapa spesies ikan, sehingga jika terumbu karang rusak, lemah, dan pertumbuhannya menjadi lambat, akan sangat menurunkan jumlah dan keuntungan dari sektor pariwisata. Bagi masyarakat pesisir, pengembangan ekonomi sangat bergantung pada pariwisata pesisir. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai pengelola laut, atau membuka usaha di sekitarnya. Jika pariwisata menurun, maka penghasilan yang mereka dapat tentu akan menurun pula. Hal ini akan menghambat perekonomian mereka.

Langkah kecil mengurangi ocean acidification

Bayangkan jika seluruh manusia bersatu mengurangi kadar CO₂, saling support demi kehidupan yang lebih baik. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit bukan? Tentunya ini bukan hanya mimpi belaka, kita bisa mewujudkan hal tersebut, dimulai dari ruang lingkup yang sederhana. Mulai dari diri sendiri, mengajak orang terdekat, hingga nantinya mulai banyak orang yang tertarik untuk melakukan perubahan ini.

Semua orang bisa mulai dari saat ini. Apalagi pemuda bangsa tentu harus ambil bagian. Pelajar dan mahasiswa yang memiliki kesempatan lebih dalam bidang ilmu harus gencar membantu. Berikut cara sederhana yang bisa membantu mengurangi kadar CO₂ di atmosfer:

· Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor

Jika tempat tujuan masih bisa dijangkau dengan jalan kaki atau bersepeda, mengapa masih memakai kendaraan bermotor? Hitung-hitung sekaligus memberi asupan sehat untuk tubuh alias berolahraga kan?

Namun, jika sulit untuk menjangkau menggunakan sepeda atau jalan kaki, kita bisa menggunakan kendaraan umum. Emisi karbon yang dihasilkan menggunakan kendaraan umum setidaknya lebih sedikit jika dibandingkan dengan setiap orang memakai kendarannya masing-masing.

· Kesadaran peduli lingkungan

Setiap orang perlu meningkatkan kesadaran bahwa lingkungan yang lestari akan mendukung kehidupan yang lebih baik. Kita perlu sadar bahwa alam telah memberikan segalanya yang kita perlukan. Dengan begitu, kita bisa lebih memperlakukan alam dengan bijak. Peran mahasiswa dalam memupuk kesadaran masyarakat juga sangat penting. Mahasiswa dapat melakukan suatu gerakan yang menarik minat masyarakat dalam kepedulian lingkungan.

· Tanggung jawab terhadap penggundulan hutan

Jika kita mampu menebang pohon dengan sangat lihai, maka kita pun harus lihai untuk melakukan reboisasi, mengembalikannya ke keadaan semula. Sangat disayangkan jika kita hanya mampu menguras sumber daya alam tanpa penanganan yang bijak. Jika kita belum mampu menumbuhkan kembali pepohonan yang ditebang, kita bisa mulai menanam tanaman kecil di pekarangan rumah agar menambah agen penyerap CO₂ sehingga menggantikannya dengan menyuplai oksigen.

· Sharing pengetahuan tentang pentingnya laut dan lingkungan

Kecanggihan teknologi dapat kita manfaatkan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya laut dan lingkungan. Kita dapat berdiskusi di sosial media untuk menjangkau populasi yang lebih luas. Mahasiswa dengan bidang ilmu yang relevan tentu bisa sharing secara lebih valid dan mendasar. Perlu adanya upaya ekstra agar semua masyarakat peduli isu ini.

· Menggencarkan konservasi terumbu karang

Melakukan konservasi terumbu karang sama saja kita mengantisipasi dampak pengasaman laut pada terumbu karang. Penurunan pH laut yang dapat mengurangi populasi terumbu karang, dapat kita imbangi dengan konservasi, sehingga terumbu karang dapat terus meningkat jumlahnya.

· Membuat riset alat penghisap karbon

Mahasiswa bisa memulai riset tentang hal ini. Penanganan masalah penumpukan karbon dioksida perlu waktu yang sangat lama, sehingga mereka dapat memiliki waktu yang cukup untuk menimba ilmu yang diperlukan dalam riset ini. Mereka juga bisa bergabung dengan komunitas keilmuan untuk merencanakan riset ini.

Tulisan ini mungkin bisa menambah pengetahuan tentang ocean acidification yang dampaknya sangat serius bagi kehidupan di laut dan sekitarnya. Jangan sampai kita menyia-nyiakan alam yang telah berbaik hati memberi sejuta manfaat. Mari kita bersama menyatukan tujuan demi terciptanya alam indah dan lestari!

Jangan lupa untuk selalu peduli lingkungan! Semangat!


Baca juga postingan Tentang Sebuah Pengharapan

No comments:

You Might Also Like

Powered by Blogger.